Sabtu, 27 Februari 2016

PKL Rumah Pemotongan Ayam




BAB I
PENDAHULUAN

Populasi penduduk Indonesia setiap tahun selalu bertambah. Pengetahuan dan pendapatan pun semakin meningkat sehingga memberikan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi.  Hal tersebut menyebabkan permintaan pangan bergizi terus meningkat, salah satunya adalah sumber protein, khususnya protein hewani.  Masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhan protein hewani dari daging ayam, karena harganya terjangkau, mudah didapat dan diolah serta tidak ada agama dan adat yang melarang mengkonsumsi daging ayam.
Kebutuhan daging ayam yang semakin meningkat mendesak industri perunggasan khususnya industri rumah potong ayam untuk siap menyediakan karkas yang berkualitas secara kontinyu, sehingga akan terjamin ketersediaan karkas.  Rumah Pemotongan Ayam (RPA) merupakan salah satu aspek yang menentukan ketersediaan karkas yang berkualitas.  RPA yang memenuhi persyaratan higiene-sanitasi dan manajemen pemotongan ayam yang baik dan benar yang akan menghasilkan karkas yang berkualitas baik.
Tujuan Praktek Kerja Lapangan adalah untuk mengetahui secara langsung manajemen dan tatacara pemotongan ayam di RPA PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan.  Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan adalah memperoleh informasi, menambah wawasan serta keterampilan dalam manajemen pemotongan ayam yang baik dan benar sesuai standar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Rumah Pemotongan Ayam
Rumah pemotongan ayam adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum (SNI, 1999).
Lokasi rumah pemotongan unggas harus memenuhi syarat, yaitu tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) setempat dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK), tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya, serta letaknya lebih rendah dari pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan, jauh dari industri logam dan kimia, tidak berada di daerah rawan banjir, bebas dari asap, bau debu dan kontaminan lainnya, memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan rumah pemotongan unggas (SNI, 1999).
RPA yang baik minimal mempunyai tempat penyimpanan sementara, tempat ayam diistirahatkan sebelum dipotong, tempat pemotongan ayam, ruang pembersihan bulu dengan ketersediaan air yang cukup, ruang pemotongan karkas dan organ dalam, ruang pengemasan, ruang pendinginan, tempat pengolahan limbah pemotongan (Abubakar, 2003).  Kompleks rumah pemotongan ayam minimal harus terdiri dari bangunan utama, tempat penurunan ayan hidup (unloading), kantor administrasi dan kantor dokter hewan, tempat istirahat pegawai, tempat penyimpanan barang pribadi (locker), ruang ganti pakaian, kamar mandi dan WC, sarana penanganan limbah, insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air dan gardu listrik (SNI, 1999).
Kompleks RPA harus dipagar sedemikian rupa sehingga dapat mencegah keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan dan hewan lain selain unggas potong. Pintu masuk unggas hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar daging unggas. Kompleks RPA seyogyanya dilengkapi dengan ruang pembekuan cepat (blast freezer), ruang penyimpanan beku (cold storage), ruang pengolahan daging unggas dan laboratorium (SNI, 1999).
Pembagian ruang bangunan utama RPA terdiri dari daerah kotor dan daerah bersih.  Daerah kotor meliputi penurunan ayam hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan ayam hidup, pemingsanan (stunning), penyembelihan (killing), pencelupan ke air panas (scalding tank), pencabutan bulu (defeathering), pencucian karkas, pengeluaran jerohan (evisceration) dan pemeriksaan postmortem, penanganan jerohan.  Daerah bersih meliputi pencucian karkas, pendinginan karkas (chilling), seleksi (grading), penimbangan karkas, pemotongan karkas (cutting), pemisahan daging dari tulang (deboning), pengemasan dan penyimpanan segar (chilling room) (SNI, 1999).
Bangunan utama RPA harus memenuhi persyaratan, yaitu tata ruang harus didesain searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang cukup sehingga seluruh kegiatan pemotongan unggas dapat berjalan baik dan higiene, tempat pemotongan harus didesain sedemikian rupa sehingga pemotongan unggas memenuhi persyaratan halal, besar ruangan disesuaikan dengan kapasitas pemotongan, adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik antara daerah bersih dan daerah kotor (SNI, 1999).
Tinggi dinding pada tempat penyembelihan dan pemotongan karkas minimum 3 meter, dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum 2 meter terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas.  Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah saluran pembuangan, permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang.  Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 75 mm, sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 25 nun.  Langit-langit didesain sedemikian rupa agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, kuat, mudah dibersihkan serta dihindarkan adanya lubang atau celah terbuka pada langit-langit (SNI, 1999).
Pencegahan serangga, rodensia dan burung meliputi masuknya serangga harus dicegah dengan kelengkapan pinta, jendela atau ventilasi dengan kawat kasa atau dengan menggunakan metode pencegahan serangga lainnya.  Konstruksi bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mencegah masuknya tikus atau rodensia, serangga dan burung masuk dan bersarang dalam bangunan.  Ventilasi (pertukaran udara) dalam bangunan harus baik.  Pintu dibuat dari bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan bagian bawahnya harus didesain agar dapat menahan tikus/rodensia tidak dapat masuk.  Pintu dilengkapi dengan alat penutup otomatis.  Lampu penerangan mempunyai pelindung, mudah dibersihkan dan mempunyai intensitas penerangan sebesar 540 luks di tempat dilakukannya pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta 220 luks di ruangan lainnya (SNI, 1999).

2.2.      Teknik Pemotongan Ayam
Teknik pemotongan ayam ada dua yaitu teknik pemotongan secara langsung (tradisional) dan secara tidak langsung.  Pemotongan secara langsung (tradisional) dilakukan setelah ayam dinyatakan sehat.  Ayam disembelih pada bagian letter dengan memotong 3 saluran yaitu arteri karotis, vena jugularis dan esofagus.  Pemotongan ayam secara tidak langsung dilakukan melalui proses pemingsanan dan setelah ayam benar-benar pingsan ban dipotong (Soeparno, 1994).  Teknik pemotongan ayam yang baik adalah pemotongan secara tidak langsung karena dengan pemingsanan akan didapatkan kualitas kulit dan karkas lebih baik dibandingkan dengan pemotongan secara langsung (Abubakar, 2003).
Pemotongan ayam yang dilakukan secara halal dan baik (halalan thayyiban) serta memenuhi persyaratan higiene sanitasi akan menghasilkan karkas utuh atau karkas potongan yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal).  Proses pemotongan ayam meliputi penerapan kesejahteraan hewan sebelum pemotongan, pemeriksaan antemortem, penyembelihan ayam, pemeriksaan postmortem, penyelesaian penyembelihan dan karkas/daging ayam (Ditjennak, 2010).

2.2.1.   Persiapan pemotongan ayam
Penerapan kesejahteraan hewan sebelum pemotongan meliputi proses penangkapan ayam hidup di kandang, pengiriman ayam dari peternakan ke RPA, dan penanganan ayam di RPA (Ditjennak, 2010).  Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ayam adalah ayam harus sehat, tidak dalam keadaan lelah, tidak produktif atau bukan bibit (Abubakar, 2003).
Ayam diistirahatkan selama 1 jam sebelum dipotong tergantung iklim, jarak antara asal ayam dengan rumah potong dan jenis transportasi. Pengistirahatan dimaksudkan agar ayam tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin saat dipotong, dan cukup energi sehingga proses rigor mortis berlangsung secara sempurna (Soeparno, 1994).  Pengistirahatan ayam sebelum disembelih ada dua cam yaitu dengan dipuasakan dan tanpa dipuasakan.  Tujuan dipuasakan adalah untuk memperoleh bobot tubuh kosong dan mempermudah proses penyembelihan khususnya ayam liar (Abubakar, 2003).  Kondisi stres pada ayam mengakibatkan adanya perubahan glikogen menjadi asam laktat sehingga pH daging turun menjadi 5-6 dan hal ini memberikan peluang bagi bakteri dan mikroorganisme lain tumbuh subur yang dapat merusak daging (Abubakar, 2009).
Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan mengamati (melihat/inspeksi) ayam yang ada dalam keranjang secara kelompok atau dapat dilakukan secara acak dengan mengamati secara individu (Ditjennak, 2010).  Pengawasan  kesehatan masyarakat veteriner serta pemeriksaan antemortem dan postmortem di rumah pemotongan unggas dilakukan oleh petugas pemeriksa berwenang, setiap rumah pemotongan unggas harus mempunyai tenaga dokter hewan yang bertanggung jawab terhadap terpenuhinya syarat-syarat dan prosedur pemotongan unggas, penanganan daging serta sanitasi dan higiene, dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter hewan dapat ditunjuk seorang yang memiliki pengetahuan di dalam bidang kesehatan masyarakat veteriner yang bekerja di bawah pengawasan dokter hewan (SNI, 1999).
2.2.2. Proses pemotongan ayam
2.2.2.1. Pemingsanan (stunning).
Pemingsanan merupakan tahap awal dalam teknik pemotongan ayam.  Pemingsanan bertujuan untuk memudahkan penyembelihan supaya ayam tidak tersiksa dan terhindar dari risiko perlakuan kasar sehingga kualitas kulit dan karkas yang dihasilkan lebih baik (Abubakar, 2003).  Pemingsanan dapat dilakukan beberapa cam yaitu menggunakan alat pemingsan atau knocker, dengan senjata pemingsan atau stunning gun, dengan pembiusan, serta dengan menggunakan arus listrik (Soeparno, 1994).
2.2.2.2. Penyembelihan halal.
Penyembelihan hanya dilakukan sekali sayat untuk memotong ketiga saluran yaitu saluran pernafasan (trakhea/hulqum), saluran makan (esofagusfmarik) dan dua urat lehernya (pembuluh darah di kanan dan kiri leher/wadajain) (Ditjennak, 2010).  Pengeluaran darah harus cepat dan keluar sebanyak mungkin, oleh karena itu saat dan setelah penyembelihan ayam harus digantung, sebab di samping arteri dan vena yang terpotong merupakan pintu saluran kontaminasi bakteri untuk masuk dalam tubuh ayam dan darah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme (Abubakar et al, 2000; Syamsul, 2007).  Darah yang keluar sempurna akan menyebabkan bobot darah sekitar 4% dari bobot darah.  Proses pengeluaran darah pada ayam biasanya selama 50-120 detik, tergantung pada besar kecilnya ayam yang dipotong (Soeparno, 1994).
2.2.3. Pasca pemotongan ayam
2.2.3.1. Pencelupan air panas (scalding).
Ayam dicelupkan ke dalam air panas setelah ayam disembelih bertujuan untuk mempermudah pencabutan bulu.  Lama pencelupan dan suhu air pencelup tergantung pada kondisi ayam.  Perendaman dalam air hangat 50-54°C selama 30-45 detik untuk ayam muda dan kalkun, perendaman 55-60°C selama 45-90 detik untuk ayam tua atau 65-80°C selama 5­30 detik, perendaman 50-54°C selama 30 detik untuk broiler.  Perendaman pada temperatur tinggi dui 58°C dapat menyebabkan kulit menjadi gelap dan mudah terserang bakteri (Soeparno, 1994).  Menurut Hadiwiyoto (1992) bahwa proses pencelupan dalam air hangat, tergantung pada umur dan kondisi unggas.
2.2.3.2. Pencabutan bulu (defeathering).
Pencabutan bulu kasar sampai halus dapat menggunakan tangan (manual), dicabut dengan tangan dan dapat disempurnakan dengan proses pining yaitu pencabutan bulu jarum kecil/pin dengan menggunakan pinset (Soeparno, 1994).  Menurut Ditjennak (2010) bahwa pencabutan bulu dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam yaitu dengan menggunakan mesin (plucker) dan secara manual menggunakan tangan.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah mesin plucker harus terjaga kebersihannya.  Jari-jari karet plucker harus diganti secara berkala, dan segera mengganti ketika jari-jari karet ada yang patah.  Pencucian dan disinfeksi terhadap mesin juga harus rutin dilakukan setelah proses pemotongan selesai karena sifat bulu ayam yang kotor, sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran dapat dihindari (Ditjennak, 2010).
2.2.3.3. Pengeluaran organ dalam (evisceration).
Pengeluaran organ dalam dilakukan setelah pencabutan bulu.  Dimulai dari pemisahan tembolok dan trakhea serta kelenjar minyak di bagian ekor.  Selanjutnya, rongga badan dibuka dengan membuat irisan dari kloaka ke arah tulang dada.  Kloaka dan visera atau organ dalam dikeluarkan, kemudian dilakukan pemisahan organ dalam, yaitu hati dan empedu, rempela dan jantung (Soeparno, 1994).  Isi rempela dikeluarkan, empedu dipisahkan dari hati dan dibuang.  Paru-paru, ginjal, testis (pada jantan) atau ovarium (pada betina) dapat dipisahkan dari bawah column vertebralis.  Kepala, leher dan kaki juga dipisahkan (Hadiwiyoto, 1992).
2.2.3.4. Penyiapan karkas.
Menurut Ensminger (1998), persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah hati/jantung 1,50%, rempela 1,50%, paru-paru 0,90%, usus 8%, leher/kepala 5,60%, darah 3,50%, kaki 3,90%, bulu 6%, karkas 60,10%, serta air 9%.  Bobot karkas yang telah dipisahkan dari bulu, kaki, leher/kepala, organ dalam, ekor (kelenjar minyak) yaitu sekitar 75% dari bobot hidup ayam.
12.3.5. Pemotongan karkas (castling).
Tahap terakhir adalah pemotongan karkas, pencucian dan pencemaran karkas.  Pencucian karkas menggunakan air suhu 5-10°C dengan kadar klorin 0,5-1 ppm, hal ini untuk menghindari dan menekan pertumbuhan bakteri, sehingga mutu dan keamanan karkas ayam tetap terjaga (Abubakar, 2003).  Menurut Hadiwiyoto (1992) bahwa pemotongan bagian-bagian karkas (paha atas, paha bawah, dada, punggung, sayap, fillet). Setelah pengelompokan ukuran (penimbangan), karkas di cuci bersih dengan air mengalir agar kotoran yang menempel hilang.
2.2.3.6. Pengemasan dan pelabelan produk (packaging and labeling).     Pengemasan bertujuan untuk melindungi karkas terhadap kerusakan yang terlalu cepat, baik kerusakan fisik, perubahan kimiawi, maupun kontaminasi mikroorganisme serta untuk menampilkan produk dengan cara yang menarik (Abubakar, 2009).  Soeparno (1992) menambahkan untuk produk yang dijual segar packing dengan stereform dan plastik.
2.2.3.7. Pendinginan dan penyimpanan produk.
Teknik pendinginan karkas ayam yang baik menggunakan ruang dengan temperatur 4-5°C dengan waktu pendinginan yang dibutuhkan 15-20 menit dan dalam waktu tidak lebih dari 8 jam setelah penyembelihan sehingga kondisi fisik, kimia dan mikrobiologi karkas ayam tetap baik (Abubakar dan Triyantini, 2005).  Penyimpanan beku bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi karkas dari berbagai kontaminan berbahaya, mutu fisik dapat dipertahankan, mutu gizinya tetap baik dan dapat menekan pertumbuhan bakteri sehingga dapat memperpanjang daya simpan 1-3 bulan (Abubakar et at, 1995).  Suhu maksimum di dalam ruang penyimpanan beku adalah -20°C (SNI, 1999).
Produk karkas yang baik harus memenuhi standar. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI, 1995) kualitas karkas yang baik (mutu I) adalah yang konformasinya sempurna, perdagingan tebal, perlemakan cukup, keutuhan sempurna, serta bebas dari memar dan bulu jarum.  Kualitas karkas mutu II yaitu boleh ada cacat sedikit tetapi tidak ada pada bagian dada dan paha, perdagingan sedang, perlemakan cukup, tulang sempurna, kulit boleh sobek sedikit, tetapi tidak pada bagian dada, memar sedikit tetapi tidak pada bagian dada dan tidak frozen burn serta boleh ada bulu jarum sedikit yang menyebar, tetapi tidak pada bagian dada.  Karkas mutu III yaitu konformasi boleh cacat sedikit, perdagingan tipis, perlemakan tipis, tulang dan ujung sayap boleh patah, kulit boleh sobek, tetapi tidak lebar, memar sedikit, bulu jarum sedikit.


BAB III
MATERI DAN METODE

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 18 Agustus 2015-16 Agustus 2015 di Rumah Pemotongan Ayam (RPA) PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan yang berlokasi di J1. Pattimura KM 6 RT 13 RW 01, Desa Kauman Lor, Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

3.1.    Materi
Materi Praktek Kerja Lapangan adalah RPA PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan. Aspek yang diamati meliputi proses pemotongan ayam dan manajemen pemotongan ayam dari ayam datang hingga menjadi karkas.

3.2.    Metode
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan yaitu berpartisipasi aktif di RPA dengan bekerja secara langsung, melakukan pengamatan, wawancara, serta pengumpulan data primer dan sekunder berdasarkan kuisioner (Lampiran 1.).  Data premier yang diperoleh berupa tahapan proses pemotongan ayam.  Pengamatan yang dilakukan meliputi tahapan pemotongan ayam dan produk karkas.  Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan dari data perusahaan.  Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.            Profil Perusahaan
4.1.1.      Sejarah umum perusahaan
PT. Ciomas Adisatwa adalah anak perusahaan PT. Japfa Comfeed Tbk. yang bergerak di divisi Rumah Pemotongan Ayam (RPA) dan olahannya.  Unit pertama kali beroperasi adalah PT. Ciomas Adisatwa Unit Sidoarjo yang sebelumnya bernama PT. Suri Tani Pemuka (STP) yang berlokasi di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.  Merek dagang PT. Ciomas Adisatwa awalnya adalah Suri Chicken, berubah menjadi Best Chicken pada bulan Februari 2005.  PT. Ciomas Adisatwa hingga tahun 2003 telah memiliki 8 unit pemotongan ayam dan olahannya yang tersebar di Indonesia yaitu Sidoarjo (Jatim), Lampung (Sumatera Selatan), Parung (Jawa Barat), Pabelan (Jawa Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), Bali dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan.
PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan merupakan salah satu dari 8 unit PT. Ciomas Adisatwa yang tersebar di Indonesia.  PT. Comas Adisatwa Unit Pabelan didirikan pada tanggal 1 Juni 2009 dan mulai beroperasi tauggal 29 November 2009.  PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan berlokasi di JL. Pattimura KM 6 RT 13 RW 01, Desa Kauman Lor, Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.  Batas sebelah utara perusahaan adalah PTP Nusantara Getas, Kabupaten Semarang, sebelah timur adalah sungai, sebelah selatan adalah tanah kosong, dan sebelah barat Jalan Pattimura. Ijin usaha PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan adalah  00203-03/PB/P/1824271 dalam Perda No 1 Tahun 2006. Luas area perusahaan adalah 4.227 m2. Luas bangunan adalah 712 m2. Jarak perusahaan dengan pemukiman warga adalah ±300 m.  Peta PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan di Lampiran 2.

4.1.2.      Struktur organisasi dan tenaga kerja
PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan memiliki struktur organisasi yang jelas hal ini sangat mendukung kelancaran perusahaan pemotongan ayam secara kompleks.  Struktur organisasi PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan dapat di lihat pada (Ilustrasi 1.)
 









Ilustrasi 1. Struktur Organisasi PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan

Struktur organisasi RPA PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan dipimpin oleh 1 plan manager dan dibantu oleh 7 kepala departemen beserta staf-stafnya.  Plan Manager Pak Aris Hartono, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala departemen beserta stafnya.  Departemen Finance and Accounting (F&A) dipimpin oleh Pak Lucky Kurniawan, dibantu Costing Pak Dahono W.S., Dian Yulianing dan Wulan Chista, Credit Controller oleh Intan Novita Intan dan Elizabeth.  Departemen Purchasing dipimpin oleh Pak Suharyono, Purchasing non ayam oleh Widyantoro, dibantu Administrasi Purchasing Nurul Utami. Departemen Personal and General Affairs (P&GA) dipimpin oleh Pak Wahyu Firmansyah, General Affairs oleh Yahuda, dibantu Administrasi Personalia oleh Isna Pujiastuti, Koordinator umum oleh Fajar Tri A dan stafnya yaitu Gunadi, Dwi Susanto, Sigit Wahyudi, Tri Hendaryono, M. Agung.
Departemen Warehouse dipimpin oleh Wakhidi, dibantu Administrasi Manual oleh Rosalia, Administrasi Gudang oleh Vivi Inayati, dan dibantu oleh Agus Siswanti, Gunawan, Romdloni, Agus Widiarso, Ngatimin dan Hariyanto. Departemen Produksi dipimpin oleh Pak Patrick Deny Krisnamukti, dibantu Administrasi Produksi oleh Sri Harminanto, Koordinator Clean Area oleh A. Aris Rudiyanto, dibantu Ika Prastiwi, lien; Oktaviati, Indra Atli, Rosapona Aditama dan Fajar Teguh. Koordinator Dirty Area oleh Nike Ad Afandi, dibantu Slamet R, Imam Malik, Dimas S, Solildn, liaryadi, dan Teguh. Departemen Quality Assurance (QA) dipimpin oleh Pak Pradityo Yoga Wibowo, dibantu QA System oleh Wiwit Kurniawati, QC Dirty Area oleh Lana M, Heri E. QC Clean Area oleh
Yulia, Priyanto, Ahmadi. QC Gudang oleh Virmandita, Agus Hermawan dan Dannadi. QC Sanitasi oleh Abdul Kholis, Abdul Hakim dan Fitrianto.
Departemen Marketing dibagi menjadi 2 yaitu Marketing Karkas dipimpin oleh Pak Teguh B Prayoga, dibantu Administrasi Marketing oleh Daniel Pujo W, ArHyatt dan Trisanti Yunita, SPV (supervisor) oleh Bagyo S.  Sales oleh Tri Warsito, Pujianti, Septian Anjar, Ads S, dan Nugroho Hari S.  Motoris oleh Ageng H, dan Agung P.  Collector oleh Abednego dan Adil M. Marketing Sosis dibagi menjadi 3 bagian yaitu Sosis Best Chicken dipimpin oleh Pak Ahmad Novaris, dibantu Administrasi Marketing Sosis oleh Julia Fetnay, Sales oleh Ahmad Effendi, Agni Novita, Erna Rohana dan Bagus Ardhi, Motoris oleh Martha Adi, Tri ICrismiyati dan Widodo Septianto.  Sales Promotion Girl (SPG) oleh Dikta F, Ayu, Hanifah Fikri, Siska Riski, dan Ayumi.  Sosis Tora-Tora dipimpin oleh Raditya Angga, Sales oleh Istatoni dan Eko Widodo, Motoris oleh Egar Figara.  Best Fried Chicken (BFC) oleh Rangga Kurnia M, dibantu Administrasi Marketing BFC oleh Rachmayanti Widya, Sales oleh Satria Agung N dan Anton Murtiono, Gudang BFC oleh Suwardi.
Plan Manager bertugas membuat kebijakan, mengawasi dan mengatur beberapa manajemen serta pemasaran produk yang terjual.  Personal and General Affairs (P&GA) bertugas menyiapkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia untuk menjadi SDM yang handal di bidangnya.  Marketing bertugas mengatur penjualan dan berhubungan dengan customer, masyarakat serta menyampaikan informasi kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang bermanfaat.  Purchasing bertugas menyusun sistem pembelian yang dapat menjamin konsistensi bahan baku sesuai dengan spesifikasi, sertifikat halal dan supliernya. Quality Assurance (QA) bertugas menyusun sistem pengendalian dan monitoring yang dapat menjamin konsistensi produksi halal dan melaksanakan monitoring sehari-hari terhadap setiap bahan yang masuk sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya.  Production bertugas menyusun sistem produksi yang terjamin kehalalnya dan melakukan monitoring sistem produksi yang bersih dan halal.  Finance and Accounting (F&A) bertugas merencanakan, mengembangkan dan mengontrol fungsi keuangan dan akuntansi perusahaan dalam memberikan informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang mendukung pencapaian target finansial perusahaan.  Warehouse bertugas menyusun sistem administrasi pergudangan yang dapat menjamin kemurnian produk dan bahan yang disimpan serta menghindari terjadinya kontaminasi dan segala sesuatu yang harem dan najis serta melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan daftar.
PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan memiliki sekitar 160 tenaga kerja, 50 di kantor dan 110 di ruang produksi.  Pembagian tenaga kerja terdiri dan 3 yaitu tenaga kerja rombongan, harian dan bulanan.  Tenaga kerja rombongan adalah tenaga kerja dengan jam kerja sesuai dengan jumlah ayam yang dipotong.  Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja dengan upah diberikan setiap hari sesuai jam kerjanya.  Tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja yang jam kerjanya sudah pasti yaitu pukul 08.00 sampai pukul 16.00.


4.2.      Tata Letak Perusahaan
RPA PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan terdiri dari bangunan utama dan bangunan tambahan.  Bangunan utama terdiri dari area kotor (dirty area) dan area bersih (clean area).
Area kotor (dirty area) terdiri dari area sangat kotor dan kotor.  Area sangat kotor terdiri dari tempat penurunan ayam hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan ayam hidup, pemingsanan, penyembelihan dan penirisan darah. Area kotor terdiri dari pencelupan air panas, pencabutan bulu, pencucian karkas, pengeluaran organ viseral dan pemeriksaan postmortem.  Area sangat kotor dan area kotor dipisahkan dinding tembok.
Area bersih (clean area) terdiri dari pencucian karkas, pendinginan karkas, seleksi, penimbangan karkas, pemotongan karkas, pemisahan daging dan tulang, pengemasan, penyimpanan segar.  Antara area kotor dan area bersih dipisahkan oleh dinding tembok dengan bagian terbuka hanya pada tempat distribusi karkas dari area kotor ke area bersih.
Bangunan tambahan terdiri dari kamar mandi, ruang parkir, ruang kantor, ruang ganti, kantor administrasi dan dokter hewan, sarana pengolahan limbah, mushola, pos satpam, menara air.  Denah PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan dapat dilihat pada Lampiran 3.  Hal ini telah sesuai dengan SNI 01.6160-1999 tentang Kompleks rumah pemotongan ayam minimal harus terdiri dari bangunan utama, tempat penurunan ayam hidup (unloading), kantor administrasi dan kantor dokter hewan, tempat istirahat pegawai, tempat penyimpanan barang pribadi (locker), ruang ganti pakaian, kamar mandi, saran penanganan limbah, insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air dan gardu listrik (SNI, 1999).
Tata ruang RPA PT. Ciomas Adisatwa cukup baik, Tata ruang didesain searah dengan alur proses produksi, adanya pemisahan area kotor dan area bersih. Tinggi dinding tempat penyembelihan dan pemotongan karkas sekitar 4 meter. Lantai tidak licin dan tidak bergelombang.  Pencegahan serangga menggunakan rentokil, yaitu pemasangan rat box di sudut bangunan dan lampu luminous disetiap ruangan khususnya di area bersih.  Ventilasi dalam bangunan baik. Lampu mempunyai pelindung.  Hal ini sesuai dengan SNI (1999) yang menyatakan bahwa tinggi dinding pada tempat penyembelihan dan pemotongan karkas minimum 3 meter, dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum 2 meter terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas.  Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah saluran pembuangan, permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang.  Langit-langit didesain sedemikian rupa agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, kuat, mudah dibersihkan serta dihindarkan adanya lubang atau celah terbuka pada langit-langit pencegahan serangga, rodensia dan burung dapat menggunakan metode pencegahan serangga. Ventilasi (pertukaran udara) dalam bangunan harus baik.  Pintu dibuat dari bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan bagian bawahnya harus didesain agar dapat menahan tikus/rodensia tidak dapat masuk.  Lampu penerangan mempunyai pelindung, mudah dibersihkan dan mempunyai intensitas penerangan sebesar 540 luks di tempat dilakukannya pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta 220 luks di ruangan lainnya.  RPA PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan desain tata ruang sudut pertemuan antara dinding dan lantai serta dinding dengan dinding belum berbentuk lengkung.
RPA PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan termasuk RPA yang baik. Bangunan dan tata letak sudah mendekati standar SNI.  Sesuai dengan pendapat Abubakar (2003) bahwa RPA yang baik minimal mempunyai tempat penyimpanan sementara, tempat ayam diistirahatkan sebelum dipotong, tempat pemotongan ayam, ruang pembersihan bulu dengan ketersediaan air yang cukup, ruang pemotongan karkas dan organ dalam, ruang seleksi karkas, ruang pengemasan, ruang pendinginan, tempat pengolahan limbah pemotongan.

4.3.      Proses Produksi
Proses produksi di PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan dilakukan secara kontinyu dan waktunya tergantung jumlah ayam yang dipotong pada hari kerja. Data ayam yang dipotong dapat dilihat pada Lampiran 5.  Proses produksi dimulai pukul 07.00 sampai sekitar pukul 17.00 dengan jam istirahat pukul 12.00-13.00. Ayam yang dipotong semakin banyak, maka jam kerja akan ditambah dan dianggap sebagai kerja lembur.  Area produksi dibedakan menjadi 2 yaitu area kotor (dirty area) dan area bersih (clean area).  Area kotor terdiri dari 2 yaitu area sangat kotor dan area kotor.
Tahapan proses produksi di RPA PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan di area sangat kotor dapat dilihat pada ilustrasi 2. Proses produksi di area kotor dapat dilihat pada ilustrasi 3. Proses produksi di area bersih dapat dilihat pada ilustrasi 4.
Tahapan 1. Area Sangat Kotor


 
















Ilustrasi 2. Proses Produksi di Area Sangat Kotor

Tahapan 2. Area Kotor


 




















Ilustrasi 3. Proses Produksi di Area Kotor

Tahapan 3. Area Bersih


 















Ilustrasi 4. Proses Produksi di Area Bersih

4.3.1.   Preparasi Sebelum Penyembelihan
Persiapan dimulai dari kedatangan truk yang berisi ayam hidup dari peternakan Ciomas Commercial Farm (CCF) dan dilakukan pencatatan jam kedatangan serta pengecekan surat jalan dari CCF.  Ayam hidup diangkut dengan menggunakan truk terbuka dengan sirkulasi udara berjalan dengan baik, bersih dan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan.  Setiap truk pengangkut harus memiliki pengaman atas dan camping, keranjang ayam hanya bisa dikeluarkan lewat pintu belakang dan bersegel.  Kemudian ayam-ayam tersebut diistirahatkan di area loading yang sudah disediakan kipas angin yang diarahkan ke truk, fungsinya untuk memulihkan kondisi ayam supaya tidak stres setelah perjalanan menuju RPA, peristirahatan dilakukan sekitar 1 jam.  Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa peristirahatan dimaksudkan agar ayam tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin saat dipotong.
Keranjang ayam hidup kemudian diturunkan dari truk dan diletakkan di atas roll conveyor satu per satu menuju timbangan (Ilustrasi 5).  Penimbangan dilakukan per keranjang dan dihitung jumlah ayam dalam setiap keranjang, kemudian dicatat di Bukti Penerimaan Ayam (BPA) yang berisikan data asal kandang, jam bongkar, hasil perhitungan ayam di peternakan, plat nomor truk, bobot badan ayam saat di RPA.  Ayam dikeluarkan dari keranjang setelah ditimbang dan dihitung kemudian digantung pada shackle berjalan dengan tujuan mencegah terjadinya rontaan (struggling).  Penggantungan dilakukan dengan cars memasukkan pangkal ceker pada celah shackle dan posisi punggung ayam menghadap petugas (Ilustrasi 6). Petugas sekaligus melakukan pemeriksaan antemortem untuk mengecek ayam yang digantung masih hidup, bila ada ayam yang mati, maka segera diturunkan dari shackle.  Hal ini sesuai dengan pedoman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010) yang menyatakan bahwa pemeriksaan antemortem dapat dilakukan dengan mengamati ayam yang ada di keranjang secara kelompok atau dapat dilakukan secara acak dengan mengamati secara individu.
Ilustrasi 5. Penimbangan dan Perhitungan Ayam Hidup
Ayam yang di shackle kemudian menuju box stunner yang telah dialiri listrik 25-40 volt selama 7-11 detik dengan tujuan pemingsanan.  Pemingsanan bertujuan untuk memudahkan dalam penyembelihan dan menghindari dari risiko perlakuan kasar sehingga mendapatkan kualitas karkas yang baik.  Hal ini sesuai dengan pendapat Abubakar (2003) yang menyatakan bahwa pemingsanan dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan penyembelihan agar ayam tidak tersiksa dan terhindar dari risiko perlakuan kasar sehingga kualitas kulit dan karkas yang dihasilkan lebih baik.  Box stunner adalah sebuah bak yang berisi air kemudian diberi tegangan listrik.  Ayam yang masuk kedalam box stunner kemudian akan pingsan beberapa detik karena terkena sengatan listrik yang ada di dalam box.

Ilustrasi 6. Penggantungan Ayam Hidup pada Shackle

4.3.2. Proses penyembelihan
Proses penyembelihan ayam di PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan ini mengacu pada syariat Islam dan dalam pengawasan Lembaga Pengawasan Pangan Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).  Penyembelihan dilakukan secara manual dan sesuai syariat Islam tanpa menggunakan mesin khusus (Ilustrasi 7).  Petugas menyembelih ayam satu per satu dari shackle berjalan setelah dipingsankan. Penyembelihan dengan memotong 3 saluran, yaitu saluran pernafasan/tenggorokan (hulqum), saluran makanan (mari’) dan kedua urat nadi (wadajain).  Hal ini sesuai dengan pedoman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010) yang menyatakan bahwa penyembelihan hanya dilakukan sekali sayat untuk memotong ketiga saluran yaitu saluran pernafasan, saluran makan (esofagus) dan dua urat leher.  Doa yang digunakan penyembelih dalam penyembelihan di PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan adalah doa ketika hendak menyembelih ayam dan doa jamak yaitu doa yang diiringi dengan niat menyembelih ayam satu truk sekaligus, doa ini fungsinya untuk menghindari lolosnya ayam dari doa satu persatu.  Doa dilengkapi dengan membaca surat Al Fatihah.
Ilustrasi 7. Penyembelihan Ayam Hidup

43.3.    Pasca Penyembelihan
Ayam tetap tergantung pada shackle yang berjalan setelah penyembelihan. Darah yang keluar ditampung pada bak penampung darah yang tepat dibawah shackle.  Ayam mengalami proses penirisan darah kurang lebih 3-4 menit (Ilustrasi 8).  Darah yang tertampung pada bak penampungan kemudian dipindahkan ke gentong plastik, sehingga menghindari darah masuk ke saluran pembuangan limbah.

Ilustrasi 8. Penirisan Darah

4.3.3.1 Pencelupan air panas (scalding).  
Ayam Akan masuk ke scalder setelah penirisan darah yang berisi air pastas dengan suhu 60-65°C selama 1-1,5 menit (70-80 detik).  Hadiwiyoto (1992) menyatakan bahwa proses perendaman air panas tergantung pada umur dan kondisi unggas. Suhu yang digunakan semakin tinggi ketika ayam semakin tua, dengan catatan ayam tidak sampai masak.  Ayam yang masuk ke dalam scalder harus terendam seluruhnya sampai diatas persendian ceker agar pencabutan bulu lebih optimal (Ilustrasi 9).

Ilustrasi 9. Pencelupan Air Panas

4.3.3.2. Pencabutan bulu (defeathering).
Ayam yang sudah melalui proses perendaman air panas, kemudian akan dilakukan pemotongan ceker oleh petugas, Kemudian ayam masuk ke dalam mesin pencabut bulu (plucker) selama 1-3 metal untuk proses pencabutan bulu (Ilustrasi 10).  Akhir produksi di dirty area, quality control  akan melakukan pemeriksaan ayam yang keluar dari plucker.

4333. Pemisahan produk sampingan (by product).
Proses pemisahan ini dimulai dengan pemotongan kepala ayam, kemudian pembukaan abdomen dengan cara menyayat daerah kloaka sampai ujung tulang dada sehingga abdomen ayam robek. Pengeluaran organ dalam dengan menggunakan alat congkel khusus sehingga hati dan empedu tidak pecah.  Pengambilan organ dalam dilakukan dengan cara menarik organ dalam dengan hati-hati kemudian memisahkan antara ampela, jantung dan usus (Ilustrasi 11). Organ dalam kemudian dikumpulkan pada keranjang penampung by product dan ditimbang kemudian dipindahkan ke ruang by product.
Ayam yang sudah diambil organ dalam kemudian dicuci dan dilakukan pengecekan akhir. Karkas dipastikan bersih dari sisa-sisa lemak dan organ dalam. Apabila ditemukan karkas memar maka karkas disendirikan dalam keranjang dan diserahkan ke petugas produksi untuk di cut up tanpa mengikutkan bagian yang memar. Setelah pemeriksaan akhir karkas, karkas masuk ke clean area.

Ilustrasi 10. Pencabutan Bulu

     Ilustrasi 11. Pengambilan Organ Dalam

4.3.3.4. Pencucian dan pendinginan karkas.  
Tahapan ini merupakan batas antara dirty area dan clean area. Sebelum proses produksi, petugas produksi menyiapkan drum chiller dengan mengisi air, es dan klorin 20 ppm.  Drum chiller adalah sebuah drum dengan posisi horizontal berukuran besar dengan isi mencapai 9 meter kubik.  Drum chiller dilengkapi dengan kipas yang mengaduk isi drum chiller tersebut.  Drum chiller berfungsi untuk tempat pencucian karkas dan pendinginan karkas. Setelah drum chiller siap maka ayam dari dirty area dimasukkan dalam drum chiller (Ilustrasi 12.). Karkas yang keluar dari drum chiller kemudian dimasukkan dalam keranjang dan ditimbang serta diseleksi sesuai bobotnya.
            lustrasi 12. Pencucian Dan Pendinginan Karkas di Drum Chiller

 4.3.3.5. Penyeleksian dan pemrosesan karkas.
Seleksi karkas dilakukan setelah karkas keluar dari drum chiller. Seleksi (grading) berdasarkan bent dan kualitas yang disesuaikan dengan spesifikasi yang diminta customer. Kemudian dilakukan pemotongan karkas (Ilustrasi 13.), meliputi karkas utuh (whole chicken), cut up, parting dan boneless.



4.4. Tolok Ukur Keberhasilan Rumah Pemotongan Ayam
            Keberhasilan rumah pemotongan ayam dalam penyembelihan ayam broiler dapat di ukur dari jumlah pemotongan setiap hari dan mencapai target yang di ingin kan konsumen.  Hasil pemotongan setiap hari rata rata 12.000 ekor dengan tingkat keberhasilan menjadi karkas mencapai 99,6%.  Penyebab keberhasilan tidak mencapai 100% karena ada faktor ayam yang mati di saat perjalanan dari kandang menuju rpa.







BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1.      Simpulan
Berdasarkan basil Praktek Kerja Lapangan dapat d simpulkan bahwa RPA PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan memotong ayam sekitar 15.000 – 18.000 ekor ayam per hari. Manajemen pemotongan ayam sudah sesuai standar sehingga menghasilkan produk karkas yang baik dan berkualitas.

5.2.      Saran
Pelu perbaikan kontruksi lantai yaitu pertemuan antara dinding dengan dinding dan dinding dengan lantai dibuat sudut lengkung dan kedisiplinan dalam menjaga kebersihan di lingkungan RPA.


DAFTAR PUSTAKA
Abubakar dan Triyantini. 2005. Penerapan teknologi pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah hasil ternak mendukung pengembangan usaha ternak di lahan kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Yogyakarta, 2 Juni. Kerjasama Fapet UGM dan Puslitbang Peternakan: 248-250.
Abubakar, Triyantini, dan H. Setiyanto. 1995. Pengaruh suhu dan jenis kemasan plastik terhadap mutu karkas ayam selama penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Abubakar, Triyantini, H. Setiyanyo, Supriyati, Sugiarto dan M. Wahyudi. 2000, Survey Potensi Ketersediaan Bulu Ayam, Cam Pengolahan dan Pemotongan Ternak Ayam di RPA. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak: 30-33.
Abubakar. 2003. Mutu karkas ayam hasil pemotongan tradisional dan penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point. Jurnal Litbang Pertanian. 22 (1): 13-39.
Abubakar. 2009. Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Karkas Ayam Melalui Inovasi Teknoiogi Pascapanen dalam Menunjang Peluang Pasar. Orasi Pengukuhan Peneliti Utama Sebagai Profesor Riset Bidang Teknologi Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3924-1995 Karkas Ayam Pedaging. Departemen Pertanian, Jakarta.
Dewan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-6160-1999 Rumah Pemotongan Unggas. Departemen Pertanian, Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Pedoman Produksi dan Penanganan Daging Ayam yang Higienis. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Ensminger. 1998. Poultry Science. The Interstate Printer and Publisher, Denvile.
Hadiwiyoto. 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Baku Monograf.
PAU.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Syamsul. 2007. Komunikasi Langsung Tentang Proses Pemotongan Ayam di RPA, Kendala Dan Permasalahannya. Bogor, 18 Desember.

Lampiran 1. Daftar Kuesioner

1.      Sejarah dan Kondisi Perusahaan
§  Nama Perusahaan                    :  
§  Tanggal Berdiri                       :  
§  Nama Pemilik                          :  
§  Latar Belakang Pendirian       :  
§  Struktur Organisasi                 :  
§  Ijin Usaha                                :  
§  Atlanta Perusahaan                 :  
§  Luas Perusahaan                     :  
§  Letak Perusahaan                    :  
§  Ketinggian                              :  
§  Kelembaban                            :  
§  Suhu                                        :  
§  Jarak dengan Pemukiman       :  
§  Tenaga Kerja                           :  
§  Asal Tenaga Kerja                   :  
§  Jumlah Tenaga Kerja               :  
§  Pendidikan Tenaga Kerja        :  

2.      Bangunan Rumah Pemotongan Ayam
a.      Bangunan Utama
§  Pembagian Ruang                   :  
§  Ruang Sangat Kotor               :  
§  Ruang Kotor                           :  
§  Ruang Bersih                          :  
§  Tempat Pengemasan Karkas   :  
b.      Bangunan Tambahan
§  Kamar Mandi/WC                  :  
§  Ruang Parkir                           :  
§  Ruang Kantor                         :  
§  Ruang Ganti                            :  
§  Kantin                                     :  

3.      Manajemen Pemotongan Ayam
a.      Perlakuan sebelum penyembelihan
§  Jumlah ayam yang akan disembelih :       
§  Asal peternakan                      :  
§  Persyaratan ayam                    :  
§  Pengiriman ayam ke RPH-A (transportasi) :
§  Tempat ayam saat pengiriman :
b.      Penanganan ayam menjelang pemotongan
§  Tempat penampungan             :  
§  Lama peristirahatan                 :  
§  Alat pemingsan                       :  
§  Cara pemingsanan                   :  
§  Waktu pulih setelah pemingsanan :
c.       Proses penyembelihan
§  Persyaratan penyembelihan     :  
§  Persyaratan petugas penyembelih :          
§  Cara penyembelihan                :  
§  Alat penyembelihan                :  
§  Cara penirisan darah               :  
§  Lama penirisan darah              :  
§  Pembuangan darah                  :  
d.      Penyelesaian penyembelihan
§  Cara scalding                          :  
§  Lama scalding                         :  
§  Suhu scalding                          :  
§  Alat scalding                           :  
§  Cara kerja alat scalding           :  
§  Cara pencabutan bulu             :  
§  Alat pencabut bulu                  :  
§  Cara kerja alat pencabut bulu  :  
§  Cara pengeluaran jeroan (viserasi) :
§  Alat pengeluaran jeroan          :  
§  Cara kerja alat pengeluaran jeroan :         
§  Penanganan jeroan                  :  
e.       Penanganan karkas dan pengemasan karkas
§  Cara pencucian karkas            :  
§  Mesin pencuci karkas              :  
§  Cara penyimpanan karkas       :  
§  Mesin pemotong karkas          :  
§  Cara pengemasan                    :  

Lampiran 2. Peta Lokasi PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan

Text Box: Jl. Pattimura 














Lampiran 3. Denah PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan





Lampiran 5. Rekapitulasi Jumlah Pemotongan Ayam Bulan Agustus – September 2015



Tanggal
JumlahAyam
Hidup
Mati*
Hijau**
Jumlahayam
Potong
18/08/2015
17.308
30
10
17.268
19/08/2015
13.885
45
15
13.825
    20/08/2015
14.385
30
16
14.339
21/08/2015
16.725
47
28
16.650
22/08/2015
15.995
33
19
15.943
23/08/2015
-
-
-
-
24/08/2015
          15.074
26
23
15.025
25/08/2015
15.174
37
11
15.126
26/08/2015
11.684
23
19
11.642
27/08/2015
12.930
33
07
12.890
28/08/2015
11.579
9
03
11.567
29/08/2015
9278
66
04
9208
30/08/2015
-
-
-
-
31/08/2015
14.150
54
08
       14.088
01/08/2015
17.315
45
12
17.258
02/09/2015
11.020
      51
23
10.946
03/09/2015
11.192
20
27
11.145
04/09/2015
12.555
77
23
12.455
05/09/2015
12.392
51
10
12.331
06/09/2015
-
-
-
-
07/09/2015
15.616
52
09
15.555
08/09/2015
16.673
22
30
16.621
09/09/2015
17.487
53
07
17.427
10/09/2015
17.005
36
05
16.964
11/09/2015
13.965
16
27
13.922
12/09/2015
17.898
114
37
17.747
13/09/2015
-
-
-
-
14/09/2015
17.103
44
04
17.055
15/09/2015
16.182
27
28
16.127
    16/09/2015
16.705
30
24
16.651
Jumlah
381.275
(100%)
1.071
(0,28%)
429
(0,11%)
379.775
(99,6%)

Keterangan:   *    =  ayam yang mati
                      **  = ayam yang warna hijau di bagian tertentu dan di sebabkan saat penanganan kandang





Lampiran 6.Penyebab Kwalitas Produk Karkas
 


Tanggal
Penyebab
Produk
KW II
Produk
Reject
Kandang
Jumlah
RPA
Jumlah
18/08/2015
Sayap memar
113
Sayap patah
148
261
0
19/08/2015
Sayap patah memar
39
Sayap patah
156
195
1
20/08/2015
Sayap patah memar
38
Sayap patah
131
169
2
21/08/2015
Sayap memar
93
Sayap patah
237
330
0
22/08/2015
Sayap memar
187
Sayap patah
349
536
0
24/08/2015
Sayap patah memar
118
Sayap patah
179
297
1
25/08/2015
Sayap patah memar
134
Sayap patah
228
362
0
26/08/2015
Sayap memar
107
Sayap patah
144
251
5
27/08/2015
Sayap memar
136
Sayap patah
63
199
0
28/08/2015
Sayap memar
173
Sayap patah
120
293
2
29/08/2015
Sayap memar
133
Sayap patah
72
205
0
31/08/2015
Sayap memar
103
Sayap patah
96
199
0
01/08/2015
Sayap memar
141
Sayap patah
321
462
0
02/08/2015
Sayap patah memar
134
Sayap patah
190
324
0
03/08/2015
Sayap patah memar
23
Sayap patah
52
75
0
04/09/2015
Sayap patah memar
164
Sayap patah
209
373
0
05/09/2015
Sayap patah memar
17
Sayap patah
34
51
10
07/09/2015
Sayap patah memar
13
Sayap patah
39
52
0
08/09/2015
Sayap patah memar
172
Sayap patah
243
415
7
09/09/2015
Sayap patah memar
103
Sayap patah
89
210
5
10/09/2015
Sayap patah memar
192
Sayap patah
103
291
3
11/09/2015
Sayap memar
16
Sayap patah
18
53
0
12/09/2015
Sayap memar
152
Sayap patah
97
259
25
14/09/2015
Sayap memar
121
Sayap patah
134
226
5
15/09/2015
Sayap patah memar
177
Sayap patah
221
388
0

Jumlah



6476
66


1 komentar: